Dua bulan kemudian...
Matahari jam tiga sore dengan kilau keemasannya masih menggantung di cakrawala ketika Jeonghyeon keluar dari ruang kelas usai satu jam pelajaran tambahan matematika. Senyumnya yang mengembang membuat teman-teman sekelasnya mengernyit keheranan. Sebagian murid menggerutu dengan wajah suram setelah bergelut dengan trigonometri atau logaritma, but Jeonghyeonㅡ he smiled from ear to ear.
Hari ini adalah hari pertama setelah dua bulan berlalu sejak kejadian naas di rooftop sekolah, pelatihnya akhirnya mengijinkan Jeonghyeon kembali menginjakkan kaki di trek lintasan. Bagi atlet seperti dirinya, tidak ada momen yang paling membahagiakan selain kembalinya seorang pejuang ke lapangan.
Jeonghyeon menyapa semua orang yang ditemuinya di koridor sekolah, tepatnya semua makhlukㅡ karena ia bahkan menyapa seekor kucing yang tengah malas-malasan, tertidur di sebelah kotak sampah.
Suasana hatinya sedang baik.
Kemudian, satu hal mengejutkan terjadi. Jeonghyeon tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya sore itu, ketika ia tiba di lapangan. Ia memang sedikit terlambat karena kelas matematika tambahan tadi, tapi ia tidak percaya kalau ia juga terlambat mengetahui hal baik lainnya yang terjadi hari ini.
Park Hanbinㅡ dan kembalinya sang legenda ke lintasan.
ㅤ
“Gimana bisa gue jadi orang terakhir yang tau kalau lo memutuskan untuk balik ke trek???” Jeonghyeon menggerutu ketika dirinya dan Hanbin kini berdiri bersisian di titik start sore itu.
“Lo pikir lo spesial?”
“Gue yang mengembalikan passion lo.” Jeonghyeon kali ini mendelik ke arah Hanbin.
“Gue balik atas kemauan gue sendiri,” Hanbin tertawa remeh, sengaja membuat pemuda yang lebih tinggi itu kesal.
“Fine...”
Hanbin terkekeh melihat wajah masam Jeonghyeon. “Coba kalahin rekor waktu gue,” tantang Hanbin.
Keduanya kini sudah bersiap di posisi start dengan semangat yang membara di bola mata mereka. Ketika suara peluit terdengar, bagaikan anak panah yang ditembakkan ke udara, keduanya melesat dengan akselerasi paripurna, menuju garis finish.
“Hanbin, 10.10 detik.”
“Jeonghyeon, 10.12 detik.”
Coach mengumumkan waktu yang dibutuhkan Jeonghyeon dan Hanbin untuk menempuh lintasan lari jarak pendek seratus meter, latihan mereka sore ini.
“Bagus, Hanbin.” Coach memberinya pujian.
“Yes!!!” Hanbin bersorak girang sembari menjulurkan lidahnya ke arah Jeonghyeon.
“Gue baru balik dari rest panjang ya, belum sepenuhnya fit untuk ngelawan lo yang ternyata dua bulan ini udah balik latihan rutin,” ujar Jeonghyeon ketika Coach memberi waktu mereka istirahat lima menit.
“It’s okay, gue punya banyak waktu untuk nunggu lo fit.”
Jeonghyeon melemparkan handuk basah bekas keringatnya ke wajah Hanbin, karena entah mengapa ucapan Hanbin barusan terasa menggelitik perutnya.
“Kalau gue udah fit?”
“Lawan gue secara fair lah.”
“Otak lo kompetisi terus.”
“Emangnya apa lagi yang bisa dibahas di antara kita?”
“Ya... Banyak.”
“Apa?”
“Gue nggak mau selamanya jadi rival lo, Bin. We’re in good terms, now.”
“Even in your next life, i will appear and being your rival again, Lee Jeonghyeon.”
Jeonghyeon menghela nafas, begitulah Hanbin dan keras kepalanya. Namun, dengan sudut matanya Jeonghyeon dapat menangkap Hanbin menyembunyikan senyumnya.
“Kenapa senyum-senyum?”
“Nggak. Siapa yang senyum?”
“Itu lo senyum.”
“Nggak, sok tau!”
Sebuah jitakan Jeonghyeon daratkan di kepala Hanbin, karena kesal.
“By the way, Bin... Terima kasih untuk nggak menyerah, baik pada mimpi lo atau pun hidup lo. Gue lega lo akhirnya balik latihan lagi.” Jeonghyeon mengucapkannya sungguh-sungguh, sambil menatap manik mata kelam sewarna obsidian milik Hanbin.
Hanbin tersenyum, “Seseorang pernah bilang ke gue kalau hidup ini emang nggak pernah mudah dan terkadang nggak adil, makanya kita harus berjuang ngelawan itu.”
“Thanks karena lo udah jadi seseorang itu buat gue.” Imbuh Hanbin belakangan.
Hanbin kini mengerti, segala kejadian kurang menguntungkan yang ia pernah rasakan akan menjadi bekal dan kekuatan untuknya melangkah ke depan. Because, in order to stand up, you gotta know whaf falling down is like.
Dan Hanbin percaya, jatuh-bangun yang ia alami selama ini, akan menjadikannya lebih kuat di kemudian hari. Apa lagi, kini ia memiliki Jeonghyeon di sisinya. ㅤ